Mukadimah
Mulai saat terbit fajar hingga menjelang waktu tidur, umat Islam tidak putus-putus dipanggil dan dirangsang merebut kemenangan, meraih kejayaan. Sesungguhnya seruan hayya 'ala 'l-falah yang mengumandang setiap kali masuk waktu solat itu adalah suatu kekuatan pembangun winning mindset. Demikianlah andainya ia disahut dengan berghairah dan penuh kesedaran. Justeru, kemenangan dan kejayaan adalah keinginan semua orang. Bagaimanapun tidak semua orang mengetahui hakikat kejayaan yang sebenarnya, sehingga tidak sedikit yang tertipu dengan kejayaan palsu. Dari semasa ke semasa kita menyaksikan orang mempestakan apa yang mereka sangka sebagai kemenangan dan kejayaan, tetapi pada hakikatnya yang dirayakan adalah kekalahan diri mereka sendiri. Ayat-ayat 157-158 surah al-A'raaf adalah antara ayat-ayat yang memaknai al-falah dan al-muflihun menurut ukuran dan kriteria Ilahiah.
Perbincangan Maksud Ayat
"Orang-orang yang mengikuti Rasul, Nabi yang ummi (tidak menguasai baca-tulis) yang (namanya) mereka dapati tertulis di dalam Taurat dan Injil yang ada pada mereka, yang menyuruh mereka berbuat yang makruf dan mencegah dari yang mungkar, dan yang menghalalkan segala yang baik bagi mereka dan mengharamkan segala yang buruk bagi mereka, dan membebaskan beban-beban dan belenggu-belenggu yang ada pada mereka. Adapun orang-orang yang beriman kepadanya, memuliakannya, menolongnya dan mengikut cahaya yang terang yang diturunkan bersamanya (al-Qur'an), mereka itulah orang-orang beruntung (berjaya). Katakanlah (Muhammad), "Wahai manusia! Sesungguhnya aku ini utusan Allah bagi kamu semua, Yang Memiliki kerajaan langit dan bumi; tidak ada tuhan (yang berhak disembah) selain Dia, Yang Menghidupkan dan Mematikan, maka berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya, (iaitu) Nabi yang ummi yang beriman kepada Allah dan kepada kalimat-kalimat-Nya (kitab-kitab-Nya). Ikutilah dia agar kamu mendapat petunjuk."
Al-muflihun (orang-orang yang berjaya) adalah kata yang menghujungi ayat 157. Ia disebut sebagai pengiktirafan dan pengakuan dari Allah s.w.t. terhadap mereka yang layak berasaskan sejumlah kriteria ketuhanan. Apabila Tuhan sendiri yang memberikan jaminan dan pengakuan "...dan merekalah orang-orang yang berjaya.", ia adalah suatu kejayaan mutlak yang tidak diragukan atau dipertikaikan, tidak seperti pengiktirafan manusia yang tidak mutlak kerana selalu bersifat subjektif dan bias. Al-muflihun bukan kelompok eksklusif monopoli kaum tertentu, tetapi terbuka kepada semua, termasuk Yahudi dan Nasrani andainya mereka memenuhi kriteria keimanan dan kesetiaan terhadap Alllah dan Rasul-Nya. Ternyata untuk layak meraih kejayaan hakiki di sisi Allah (al-falah yang diertikan oleh A. Yusuf Ali sebagai prosperity in its general sense as well as in its spiritual sense. In the general sense it means that right conduct is the only door to happiness and well-being. In the spiritual sense it means that Faith and its fruits [right conduct] are the only gates to salvation.), tidak cukup sekadar beriman dalam erti pengakuan hati dan ikrar lisan, tetapi harus membuktikannya dengan amal dan perjuangan. Yang pertama disebut adalah kesediaan menjadi pengikut al-Rasul s.'a.w., dan kesetiaan terhadapnya. Demikianlah yang dimaksudkan dengan kata yattabiun al-rasul (mengikut Rasul) dalam erti menerima kerasulannya, melaksankan suruhan dan tegahannya, menghayati sunnahnya, mendukung perjuangannya, dan meneladani keunggulan watak dan akhlaknya. Memang ittiba 'al-rasul (mengikut rasul) dalam ayat tersebut membawa makna dan implikas komitmen serius terhadap ajaran dan perjuangan Nabi (s. 'a.w.). bersambung.....